Selasa, 04 Juni 2013

Versi Teks Date a Live episode 3 bagian 4

Sebelumnya: Date a Live episode 3 bagian 3

“Denyut nadi Shido-kun berhenti!!” ucap seseorang dari Fraxinus.

“Sebuah gempa luar angkasa terdeteksi!” ucap yang lainnya.

“Hanya 7% dari daerah itu yang sudah di evakuasi!”

“Kita sedikit beruntung karena mereka berada jauh dari wilayah pemukiman, tapi pada keadaan seperti ini, dia bisa menghancurkan seluruh kota.” Ucap Kotori. Di layar terlihat Tohka yang terus menebaskan pedangnya ke Tobiichi, namun Tobiichi memiliki semacam pelindung yang menahan serangan Tohka, dan pelindung itu tidak terlihat.

Kotori memakan lollipopnya, “Yah, kurasa batas yang ada telah dilewati oleh mereka…kita belum mampu untuk membunuh Princess.” Kotori sama sekali tidak membicarakan tentang Shido.

“Ba-bagaimana dengan Shido-kun, komandan?” seseorang dari tim ahli akhirnya bertanya.

“Teruslah bekerja.” Ucap Kotori. “Kau pikir Shido akan mati semudah itu?”

“Ah??” semua tim ahli itu kaget mendengar hal itu, dan melihat ke layar. Disana terlihat ada suatu api ungu yang keluar dari bagian tubuh Shido yang hancur.

 
“Lihat saja…” ucap Kotori.

Api ungu itu membakar jas yang ditaruh Tohka dan menyembuhkan luka Shido.

“Pa-pa-panass!!” Shido terbangun dan hanya bengong melihat dirinya terkapar dan ada banyak darah di sekelilingnya. “Apa yang terjadi?”

“Ko-komandan…?” salah satu tim ahli benar-benar bingung dengan apa yang terjadi. “Ini…?”

“Bukankah sudah kuberitahu?” tanya Kotori balik. “Kalau Shido tewas, dia hanya perlu melakukan ‘New Game’.” Kotori melihat ke arah Reine, “Kenapa kau lama sekali? Cepat jemput Shido!”

“Kau bilang hanya Shido yang bisa menghentikannya?”

“Ya,” Kotori tersenyum. “Dengn menggunakan rencana hebatku.”

-----Date a Live----

BLLLAAAARRRRRR!! Tohka terus saja menebaskan pedangnya, namun pelindung yang melindungi Tobiichi sangat kuat.

“Aku membunuh seseorang…” pikir Tobiichi.

“AAAARRRRRGGGHHH!!!” Tohka terus menebas dengan penuh amarah.

“Aku sama saja… dengan Spirit itu…”

Tohka akhirnya mengeluarkan tebasan yang kuat, hingga membuat Tobiichi terpental. Dan bukan hanya itu, tekanan yang didapatnya membuatnya mengeluarkan darah dari bibirnya, dan pelindungnya pun telah hancur. Sekarang pedang besar Tohka sudah siap membunuhnya.

“Musnahlah.” Ucap Tohka.

“Ayah… Ibu…” Tobiichi memejamkan matanya.

Tohka bersiap mengangkat pedangnya, “Shido, aku akan membalaskan—“

“UUWAAAAAAAA!!!!” tiba-tiba terdengar teriakan Shido, Ia terlempar entah darimana kesana,

“Shi..Shido?!” ucap Tohka tak percaya. Ia lalu menangkap Shido.


 “Shido? Ini benar-benar kau?” tanya Tohka.

“Yah… kurasa begitu.” Ucap Shido tersenyum.

Tohka meneteskan air matanya. Ia memeluk Shido, “Shido… Shido! Shido!”

“Yah… aku tau… eh?” Shido melihat perwujudan pedang besar Tohka disampingnya, “Tohka! Apa yang terjadi?!”

“Aku tidak bisa mengendalikan Halvanhelev!” ucap Tohka. Pedang itu mengeluarkan petir hitam sekarang. “Aku harus melepaskannya di suatu tempat!”

“J-J-Jangan!! Apa saja selain itu…” ucap Shido. Sudah jelas, kalau pedang itu sampai menyentuh daratan, pasti akan terjadi ledakan yang besar.

“Lalu apa yang harus kulakukan? Sudah mencapai batasnya~!”

“Ayolah, Shido…” ucap Kotori. “Mengapa kau tidak mencoba jurus jitu yang kuajarkan padamu untuk menyelamatkan Princess?”

“To-Tohka!!” ucap Shido, wajahnya memerah. “A-ayo berciuman!”

“Apa?”

“Ah, tidak, tidak, lupakan saja…” ucap Shido. “Aku berpikir tentang hal—“

“Berciuman itu apa?!” tanya Tohka. “Beritahu aku!”

“Oh?”

“Cepat beri tahu!”

“Bi-bibirmu menyentuh…”




Tidak ada komentar:

Posting Komentar