Sebelumnya: Date a Live episode 3
Hari itu cuaca tidak terlalu
bagus, hujan turun sangat deras. Itsuka Shido berteduh di bawah pohon di sebuah
kuil.
“Ramalan cuaca benar-benar tidak bisa dipercaya…” ucap Shido. “Mereka bilang, kemungkinan turun hujan hanya 10%...”
CIPLAKK! Shido melihat disampingnya ada seorang anak perempuan membawa boneka tangan, dan dengan tenangnya bermain air. Namun tak lama kemudian anak itu terjatuh.
“Ramalan cuaca benar-benar tidak bisa dipercaya…” ucap Shido. “Mereka bilang, kemungkinan turun hujan hanya 10%...”
CIPLAKK! Shido melihat disampingnya ada seorang anak perempuan membawa boneka tangan, dan dengan tenangnya bermain air. Namun tak lama kemudian anak itu terjatuh.
“O..Oy!!” Shido mendekatinya
dan membantunya berdiri. “Ah, syukurlah… apa kau terluka?”
Anak itu terkejut melihat Shido, dan langsung menjauh darinya. Itu membuat Shido agak bingung, “Eto….”
“Ja-jangan mendekat…kumohon…” ucap anak itu.
“Eh?”
“Kumohon…” ucap anak itu pelan. “…Jangan sakiti aku.”
Anak itu terkejut melihat Shido, dan langsung menjauh darinya. Itu membuat Shido agak bingung, “Eto….”
“Ja-jangan mendekat…kumohon…” ucap anak itu.
“Eh?”
“Kumohon…” ucap anak itu pelan. “…Jangan sakiti aku.”
Dari dunia yang tak diketahui, hujan turun seperti air mata yang menetes membasahi tanah. Apakah ini suatu kebetulan atau sesuatu yang sudah diatur sebelumnya? Kebenaran tidak hanya satu.
Date a Live: Tidak Suka Hujan
Text Version by esti-widhayang.blogspot.com
Author: Dhwati Esti Widhayang
“Shido!” panggil Tohka sambil membuka pintu kelas. “Aku membuat sesuatu
yang bernama ‘cookie’!” Tohka menaruh semangkuk kue kering di hadapan Shido. Ia
bahkan masih memakai celemek. “Gadis – gadis tadi mengajariku cara membuatnya. Aku
sendiri yang mengaduknya! Ayo cicipi!”Text Version by esti-widhayang.blogspot.com
Author: Dhwati Esti Widhayang
“A-ah… akan kucicipi…”
Pintu kelas terbuka lagi, dan nampaklah Tobiichi yang juga memakai celemek berdiri disana.
“Tobiichi?” tanya Shido.
“Kau lagi! Apa yang kau lakukan disini?!” tanya Tohka. “Apa kau masih ingin bertarung??”
“Maafkan aku.” Tobiichi tiba-tiba membungkuk, membuat Shido dan Tohka cukup tercengang. “Aku tahu maaf saja tidak akan cukup…”
Dari jauh, terlihat tiga orang tukang gossip kembali bergosip(?)
“Kenapa gadis jenius itu minta maaf kepada Shido setelah dia baru keluar dari rumah sakit?!”
“Apakah dia sudah mengetahui rahasia tersembunyi gadis itu?”
“Menjijikkan~”
“Su-sudahlah, berhenti minta maaf…” ucap Shido. “Semuanya baik-baik saja, nah?”
Tobiichi menarik dasi Shido, “Tapi, seharusnya kau tidak menipuku…”
“Hei!! Jangan sentuh Shido!!” ucap Tohka.
“Aku diberitahu kau ada di sekolah ini,” ucap Tobiichi. “Tapi aku ingin tahu kenapa kau disini?” tanyanya pada Tohka.
“Itu bukan urusanmu!” ucap Tohka. “Saa, Shido, abakikan saja dia dan makanlah kue buatanku ini.”
Tobiichi langsung mengeluarkan kuenya juga, “Aku juga membuatkan kue untukmu.”
Tobiichi dan Tohka lalu bertengkar, sementara Shido sudah banyak meneteskan keringat.
“Ja-jangan ikut-ikutan!!” ucap Tohka.
“Aku membuatnya lebih dulu.” Sahut Tobiichi.
“Di..diam!” ucap Tohka. “Kuemu pasti tidak enak…” Tohka lalu mengambil salah satu kue Tobiichi dan memakannya, lalu…
Tohka sangat menikmati
sensasi rasa kue Tobiichi itu, namun Ia segera tersadar, “Ku-kuemu tidak
terlalu enak.” Tohka berbohong. Sepertinya Ia tidak ingin dikalahkan oleh orang
seperti Tobiichi. “Shido, kau harus mencoba kue buatanku!”
“Seharusnya kau mencoba kue buatanku.” Ucap Tobiichi.
Shido akhirnya memutuskan untuk tidak mengambil resiko dan mencicipi kedua kue itu bersamaan. “Um… semuanya enak.” Ucap Shido.
“Kueku dimakan duluan!” ucap Tohka.
“Dia memakan kueku 0.02 detik lebih dahulu daripada kuemu.” Ucap Tobiichi.
“Apa???!”
Tonomachi masuk ke kelas sambil memamerkan kue yang dibawanya, “Coba tebak, aku diberi kue oleh orang yang tidak dikenal. Kau mau mencobanya?” Tonomachi mengedipkan matanya, “Lagipula, aku tidak bisa mengirimkan kue untuk pacarku.”
Seisi kelas langsung hening.
“Seharusnya kau mencoba kue buatanku.” Ucap Tobiichi.
Shido akhirnya memutuskan untuk tidak mengambil resiko dan mencicipi kedua kue itu bersamaan. “Um… semuanya enak.” Ucap Shido.
“Kueku dimakan duluan!” ucap Tohka.
“Dia memakan kueku 0.02 detik lebih dahulu daripada kuemu.” Ucap Tobiichi.
“Apa???!”
Tonomachi masuk ke kelas sambil memamerkan kue yang dibawanya, “Coba tebak, aku diberi kue oleh orang yang tidak dikenal. Kau mau mencobanya?” Tonomachi mengedipkan matanya, “Lagipula, aku tidak bisa mengirimkan kue untuk pacarku.”
Seisi kelas langsung hening.
Shido berlari menyusuri
jalan, hujan yang cukup deras kembali menerpanya, “Lagi-lagi salah, menurut
ramanlan cuaca, tidak hujan hari ini!” ucap Shido.
Shido berlari melewati kuil dimana Ia berteduh kemarin, namun Ia balik lagi. Ia ingat kalau bertemu seorang anak kecil kemarin disana. Tapi Ia tidak bisa berlama-lama, karena hujan masih deras. Akhirnya Ia berjalan pergi dari kuil itu.
Di balik sebuah pohon di kuil itu, sesosok boneka tangan mengintip sosok Shido yang perlahan pergi…
“Aku pulang!” ucap Shido setelah sampai di rumah. Ia segera melepas sepatunya. “Kotori, aku mau mandi!”
Shido segera berjalan ke kamar mandi, dan saat Ia membuka pintu geser kamar mandi, [maaf] Ia melihat Tohka sedang mandi disana.
“Ke-keluarr!!!” teriak Tohka yang lalu menggampar Shido.
“Ada apa ini?!” tanya Shido pada adiknya, Kotori. Ia ingin memprotes adanya Tohka di rumah mereka. “Kenapa Tohka ada disini?!”
“Oh~ Selamat datang, kakak!” ucap Kotori yang tiba-tiba saja berubah menjadi seorang adik lagi.
“Oh, aku pulang~” ucap Shido yang terbawa suasana. “Tunggu, bukan itu masalahnya. Kenapa Tohka ada disini?!”
“Karena mulai hari ini dia akan tinggal bersama kita!” ucap Kotori dengan polosnya memakai nada ‘adik’nya lagi.
“Bukan itu jawaban yang kuinginkan~!!”
“Ini kesempatan yang bagus, Shin.” Ucap Reine yang tiba-tiba sudah ada di belakang Shido, dan sedang memasukkan beberapa sendok gula ke gelas. Bukan, bukan beberapa, tepatnya puluhan.
“Re..Reine-san?! Apa yang kau lakukan disini??!!”
“Maaf, apakah aku menuangkan terlalu banyak gula?”
“Ah, bukan, itu tidak masalah bagiku.” Ucap Shido.
Shido berlari melewati kuil dimana Ia berteduh kemarin, namun Ia balik lagi. Ia ingat kalau bertemu seorang anak kecil kemarin disana. Tapi Ia tidak bisa berlama-lama, karena hujan masih deras. Akhirnya Ia berjalan pergi dari kuil itu.
Di balik sebuah pohon di kuil itu, sesosok boneka tangan mengintip sosok Shido yang perlahan pergi…
“Aku pulang!” ucap Shido setelah sampai di rumah. Ia segera melepas sepatunya. “Kotori, aku mau mandi!”
Shido segera berjalan ke kamar mandi, dan saat Ia membuka pintu geser kamar mandi, [maaf] Ia melihat Tohka sedang mandi disana.
“Ke-keluarr!!!” teriak Tohka yang lalu menggampar Shido.
“Ada apa ini?!” tanya Shido pada adiknya, Kotori. Ia ingin memprotes adanya Tohka di rumah mereka. “Kenapa Tohka ada disini?!”
“Oh~ Selamat datang, kakak!” ucap Kotori yang tiba-tiba saja berubah menjadi seorang adik lagi.
“Oh, aku pulang~” ucap Shido yang terbawa suasana. “Tunggu, bukan itu masalahnya. Kenapa Tohka ada disini?!”
“Karena mulai hari ini dia akan tinggal bersama kita!” ucap Kotori dengan polosnya memakai nada ‘adik’nya lagi.
“Bukan itu jawaban yang kuinginkan~!!”
“Ini kesempatan yang bagus, Shin.” Ucap Reine yang tiba-tiba sudah ada di belakang Shido, dan sedang memasukkan beberapa sendok gula ke gelas. Bukan, bukan beberapa, tepatnya puluhan.
“Re..Reine-san?! Apa yang kau lakukan disini??!!”
“Maaf, apakah aku menuangkan terlalu banyak gula?”
“Ah, bukan, itu tidak masalah bagiku.” Ucap Shido.
“Aku harus menjaga Tohka?”
tanya Shido setelah dijelaskan mengapa Tohka berada di rumahnya.
“Ketika kau menciumnya, kekuatan rohnya tersegel.” Ucap Reine. “Sekarang ini, kalian sudah terikat oleh hubungan yang tak terlihat.”
“Tunggu sebentar, apa maksud kalian dengan ‘tersegel’?”
“Setelah dia menyukaimu, kau bisa mengontrol kekuatannya dengan cara menciumnya.” Ucap Kotori.
“Maka dari itu, bagaimana kemampuan seperti itu bisa sampai padaku?”
“Soal itu kami juga tidak tahu.” Ucap Kotori. “Kami menyadarinya ketika kami memeriksa menggunakan monitor Ratatoskr.”
“Bisakah kita kembali ke topik pembicaraan?” tanya Reine. “Masalahnya adalah, bisa saja mentalnya kembali menjadi tidak stabil. Itu akan memicu keluarnya kekuatan yang tersegel di dalam dirinya.” Reine menuangkan kopi ke gelasnya lalu menambahkan beberapa butir lagi gula hingga kopi itu tumpah, melambangkan kekuatan Tohka.
“Benar…” ucap Shido.
“Kekuatan Tohka sangat stabil ketika Ia berada di dekatmu.” Ucap Reine langsung ke intinya. “Sampai tempat tinggal khusus Spirit selesai dibangun, dia sebaiknya tinggal disini.”
“Be-begitu…” ucap Shido yang melihat Reine terus saja memasukkan gula.
“Dan ini juga bagian dari latihan Shido.” Ucap Kotori.
“Aku masih dalam pelatihan?!” tanya Shido. “Kita sudah menyegel kekuatan Tohka, apa itu masih belum cukup?”
Ekspresi Kotori berubah, “Siapa yang bilang Tohka adalah satu-satunya Spirit di dunia ini?”
“Ketika kau menciumnya, kekuatan rohnya tersegel.” Ucap Reine. “Sekarang ini, kalian sudah terikat oleh hubungan yang tak terlihat.”
“Tunggu sebentar, apa maksud kalian dengan ‘tersegel’?”
“Setelah dia menyukaimu, kau bisa mengontrol kekuatannya dengan cara menciumnya.” Ucap Kotori.
“Maka dari itu, bagaimana kemampuan seperti itu bisa sampai padaku?”
“Soal itu kami juga tidak tahu.” Ucap Kotori. “Kami menyadarinya ketika kami memeriksa menggunakan monitor Ratatoskr.”
“Bisakah kita kembali ke topik pembicaraan?” tanya Reine. “Masalahnya adalah, bisa saja mentalnya kembali menjadi tidak stabil. Itu akan memicu keluarnya kekuatan yang tersegel di dalam dirinya.” Reine menuangkan kopi ke gelasnya lalu menambahkan beberapa butir lagi gula hingga kopi itu tumpah, melambangkan kekuatan Tohka.
“Benar…” ucap Shido.
“Kekuatan Tohka sangat stabil ketika Ia berada di dekatmu.” Ucap Reine langsung ke intinya. “Sampai tempat tinggal khusus Spirit selesai dibangun, dia sebaiknya tinggal disini.”
“Be-begitu…” ucap Shido yang melihat Reine terus saja memasukkan gula.
“Dan ini juga bagian dari latihan Shido.” Ucap Kotori.
“Aku masih dalam pelatihan?!” tanya Shido. “Kita sudah menyegel kekuatan Tohka, apa itu masih belum cukup?”
Ekspresi Kotori berubah, “Siapa yang bilang Tohka adalah satu-satunya Spirit di dunia ini?”
Selanjutnya: Date a Live episode 4 bagian 2
Tidak ada komentar:
Posting Komentar