Sebelumnya: Date a Live
episode 4 bagian 1
“Aku masih dalam pelatihan?!” tanya Shido. “Kita sudah menyegel kekuatan Tohka, apa itu masih belum cukup?”
Ekspresi Kotori berubah, “Siapa yang bilang Tohka adalah satu-satunya Spirit di dunia ini?”
“Itu benar.” Ucap Reine. “Bencana kerusakan terjadi karena Spirit, dan baru keberadaan Tohka saja yang telah dikonfirmasi.”
“…”
“Shin, aku ingin kau menjadi mediator bagi para Spirit.” Ucap Reine yang masih salah mengucapkan nama Shido. “Kau harus meningkatkan interaksimu dengan wanita.”
Shido berdiri, “Tapi… bukan berarti Tohka harus tinggal bersama kita, kan? Eh?” ternyata dibelakang Shido, Tohka mendengar percakapan mereka.
“Shido…” ucap Tohka. “Jadi aku sebenarnya tak boleh… tinggal disini?”
“Bu-bukan seperti itu!”
“Aku masih dalam pelatihan?!” tanya Shido. “Kita sudah menyegel kekuatan Tohka, apa itu masih belum cukup?”
Ekspresi Kotori berubah, “Siapa yang bilang Tohka adalah satu-satunya Spirit di dunia ini?”
“Itu benar.” Ucap Reine. “Bencana kerusakan terjadi karena Spirit, dan baru keberadaan Tohka saja yang telah dikonfirmasi.”
“…”
“Shin, aku ingin kau menjadi mediator bagi para Spirit.” Ucap Reine yang masih salah mengucapkan nama Shido. “Kau harus meningkatkan interaksimu dengan wanita.”
Shido berdiri, “Tapi… bukan berarti Tohka harus tinggal bersama kita, kan? Eh?” ternyata dibelakang Shido, Tohka mendengar percakapan mereka.
“Shido…” ucap Tohka. “Jadi aku sebenarnya tak boleh… tinggal disini?”
“Bu-bukan seperti itu!”
-----Date a Live-----
“Mengapa jadi seperti ini??”
Shido ada di kamarnya sekarang, sedang merenungi nasibnya.
“Shido~” panggil Kotori. “Lampu kamar mandi mati~ cepat ganti!”
“Ya ampun…” keluh Shido. “Aku mengerti! Aku akan segera kesana!” Shido pun akhirnya berjalan membawa balon lampu yang akan digunakan untuk mengganti. Perlu ditambahkan, Ia berjalan dengan depresi. “Kenapa ketika dia menjadi komandan dia memperlakukan orang seenaknya saja?” Shido lalu membuka pintu kamar mandi, “Yah~ ini memang tugasku, tapi—aaaahhhhh!!”
Shido terkejut, lagi-lagi Ia bertemu dengan Tohka di kamar mandi. Wajah Shido langsung memerah.
“To-To-To-Tohka!! Kenapa kau ada disini??!!”
“Tu-Tutup pintunya!!” Tohka melempari Shido dengan tisu toilet.
Kotori datang dari arah samping sambil mengemut lollipopnya. “Ah~ terlalu cepat panik~” ucapnya. “Menyedihkan.”
“Ka-kau sengaja…” ucap Shido.
“Sudah kubilang kau masih dalam pelatihan.” Ucap Kotori. “Kau harus tetap tenang dan mengatasi situasinya.”
Tohka membuka pintu dan menengok ke arah Shido dan Kotori,
“Ma-maaf, Tohka!!” ucap Shido. “Aku tidak tahu kau ada di dalam!”
“A-aku memaafkanmu,” ucap Tohka. “Tapi tolong ambilkan itu…” Ia menunjuk tisu toilet yang tadi dilemparnya.
…
“Shido~” panggil Kotori. “Lampu kamar mandi mati~ cepat ganti!”
“Ya ampun…” keluh Shido. “Aku mengerti! Aku akan segera kesana!” Shido pun akhirnya berjalan membawa balon lampu yang akan digunakan untuk mengganti. Perlu ditambahkan, Ia berjalan dengan depresi. “Kenapa ketika dia menjadi komandan dia memperlakukan orang seenaknya saja?” Shido lalu membuka pintu kamar mandi, “Yah~ ini memang tugasku, tapi—aaaahhhhh!!”
Shido terkejut, lagi-lagi Ia bertemu dengan Tohka di kamar mandi. Wajah Shido langsung memerah.
“To-To-To-Tohka!! Kenapa kau ada disini??!!”
“Tu-Tutup pintunya!!” Tohka melempari Shido dengan tisu toilet.
Kotori datang dari arah samping sambil mengemut lollipopnya. “Ah~ terlalu cepat panik~” ucapnya. “Menyedihkan.”
“Ka-kau sengaja…” ucap Shido.
“Sudah kubilang kau masih dalam pelatihan.” Ucap Kotori. “Kau harus tetap tenang dan mengatasi situasinya.”
Tohka membuka pintu dan menengok ke arah Shido dan Kotori,
“Ma-maaf, Tohka!!” ucap Shido. “Aku tidak tahu kau ada di dalam!”
“A-aku memaafkanmu,” ucap Tohka. “Tapi tolong ambilkan itu…” Ia menunjuk tisu toilet yang tadi dilemparnya.
…
---Beberapa saat kemudian---
“Shido, kamar mandinya sudah
kosong. Kau boleh mandi duluan.” Ucap Kotori pada Shido yang sedang mencuci
tangannya di dapur.
“Aku nanti saja. Kau silahkan duluan.” Ucap Shido yang trauma akan apa yang terjadi tadi. Ia lalu menawarkan sebuah garam busa untuk mandi. “Hari ini kau boleh menggunakan ini.”
“Kotori tidak akan pernah menjadi yang terakhir jika menggunakan ini!” pikir Shido. “Jangan remehkan aku! Kau tidak bisa menipuku lagi!”
“Aku nanti saja. Kau silahkan duluan.” Ucap Shido yang trauma akan apa yang terjadi tadi. Ia lalu menawarkan sebuah garam busa untuk mandi. “Hari ini kau boleh menggunakan ini.”
“Kotori tidak akan pernah menjadi yang terakhir jika menggunakan ini!” pikir Shido. “Jangan remehkan aku! Kau tidak bisa menipuku lagi!”
Kotori berusaha sekuat
tenaga menahan dirinya, meskipun tubuhnya sudah bergetar ingin menerima tawaran
itu.
“A-aku nanti saja… ka-kau duluan saja…” ucap Kotori. Ia sudah menahan dirinya dengan cara mencubit tangannya sendiri.
Tak berapa lama Tohka datang kesana, “To-Tohka?” ucap Shido. “Kau tidak sedang mandi?”
“Apa yang kau bicarakan?” tanya Tohka.
…
“A-aku nanti saja… ka-kau duluan saja…” ucap Kotori. Ia sudah menahan dirinya dengan cara mencubit tangannya sendiri.
Tak berapa lama Tohka datang kesana, “To-Tohka?” ucap Shido. “Kau tidak sedang mandi?”
“Apa yang kau bicarakan?” tanya Tohka.
…
---Dan Akhirnya…----
Shido pun akhirnya mandi berendam menggunakan busa garam tadi. “Haaah~ apa aku mulai paranoid?” tanyanya pada diri sendiri. Ia meletakkan kain basah hangat di atas kepalanya. “Ada Spirit lain selain Tohka…” pikirnya. “Apa aku harus menolong mereka semua? Apa aku benar-benar bisa melakukannya?”
Tiba-tiba terdengar suara, ternyata diluar sana Tohka sedang bersiap untuk mandi, sementara di dalam Shido masih berendam.
“Kau menjebakku, Kotori!!” pikir Shido.
“Kau tertipu lagi…” ucap Kotori dari tempat yang berbeda.
Shido segera mencari tempat bersembunyi, tapi apa boleh buat, itu hanyalah sebuah kamar mandi. Akhirnya Ia memutuskan untuk bersembunyi dengan cara berendam di dalam air. Air yang berwana hijau berkat garam busanya cukup membantunya bersembunyi.
“Yossshhhaaa!!” Tohka melompat ke bak. Ia agak bingung ketika melihat gelembung-gelembung di baknya. Pada akhirnya, Shido menyerah karena tidak bisa lagi menahan nafasnya.
“Ha…hai…” sapa Shido.
“AAA….!!!” Tohka langsung mencekik(?) Shido.
“Te-te-tenang, Tohka!!”
“Dasar m*sum!! Keluaaarrrrr!!!!!”
“Gagal lagi…” ucap Kotori.
“Latihan yang menyebalkan…” ucap Shido. Ia sudah selesai mandi dan berpakaian, lalu merebahkan badannya ke kasur.
Shido pun akhirnya mandi berendam menggunakan busa garam tadi. “Haaah~ apa aku mulai paranoid?” tanyanya pada diri sendiri. Ia meletakkan kain basah hangat di atas kepalanya. “Ada Spirit lain selain Tohka…” pikirnya. “Apa aku harus menolong mereka semua? Apa aku benar-benar bisa melakukannya?”
Tiba-tiba terdengar suara, ternyata diluar sana Tohka sedang bersiap untuk mandi, sementara di dalam Shido masih berendam.
“Kau menjebakku, Kotori!!” pikir Shido.
“Kau tertipu lagi…” ucap Kotori dari tempat yang berbeda.
Shido segera mencari tempat bersembunyi, tapi apa boleh buat, itu hanyalah sebuah kamar mandi. Akhirnya Ia memutuskan untuk bersembunyi dengan cara berendam di dalam air. Air yang berwana hijau berkat garam busanya cukup membantunya bersembunyi.
“Yossshhhaaa!!” Tohka melompat ke bak. Ia agak bingung ketika melihat gelembung-gelembung di baknya. Pada akhirnya, Shido menyerah karena tidak bisa lagi menahan nafasnya.
“Ha…hai…” sapa Shido.
“AAA….!!!” Tohka langsung mencekik(?) Shido.
“Te-te-tenang, Tohka!!”
“Dasar m*sum!! Keluaaarrrrr!!!!!”
“Gagal lagi…” ucap Kotori.
“Latihan yang menyebalkan…” ucap Shido. Ia sudah selesai mandi dan berpakaian, lalu merebahkan badannya ke kasur.
-----Date a Live-----
“Shido, ayo kita makan!” Tohka menyatukan meja yang ada disamping Shido
dengan meja Shido. Meja itu sebenarnya milik Tobiichi. Lalu Tobiichi juga
datang membawa meja lain dan menyatukannya dengan meja Shido.“Apa yang kau lakukan?” tanya Tohka. “Jangan ikut-ikutan.”
“Itu tempat dudukku.” Ucap Tobiichi.
“Kenapa kita bertiga tidak makan bersama-sama saja?” Shido mengusulkan.
Tohka dan Shido membuka
kotak bekal mereka bersamaan, dan Tobiichi melirik bekal bento mereka yang sama
persis. Shido sudah mulai berkeringat.
“Apa yang kau lihat?” tanya Tohka.
“Apa artinya ini?” tanya Tobiichi.
“Ka..kami membelinya di toko yang sama tadi pagi.” Jawab Shido. “Tohka tiba-tiba berada disana, jadi…”
“Bohong.” Ucap Tobiichi sambil membawa tutup bekal Shido. “124 hari yang lalu, kau membeli ini di toko dekat stasiun seharga 1580 yen. Sejak itu kau selalu menggunakannya. Ini bukan kotak dari toko makan siang.”
“Ke-kenapa kau tahu itu semua?”
“Itu tidak penting.”
“Apa yang sedang kalian berdua bicarakan?” tanya Tohka yang merasa terabaikan. “Jangan mengacuhkanku.”
“Ne, Itsuka, pacarku meminta saran dariku tentang pekerjaan apa yang harus diambilnya~” ucap Tonomachi yang semakin menambah panas suasana. “Pilihannya adalah menjadi perawat, maid, atau pendeta~ bisakah kau membantuku untuk memilih?”
“Apa kau tidak lihat aku sedang sibuk? Katakan saja padanya untuk jadi maid atau apapun! Lakukan apa yang ingin dia lakukan!”
“Maid ya? Yokai!” Tonomachi pun langsung ngacir pergi, meninggalkan Shido yang masih berhadapan dengan Tobiichi dan Tohka.
Tiba-tiba saja bunyi peringatan berdengung dimana-mana, “Gempa luar angkasa susulan telah terdeteksi di daerah ini. Ini bukan pelatihan, segera berlindung ke shelter terdekat. Saya ulangi…”
“A-apa??” tanya Shido. Tobiichi langsung sigap berdiri dan melangkah pergi, bersiap sebagai anggota TAR. Shido masih bingung, karena sang Spirit, Tohka, masih makan dengan tenang di sebelahnya.
“Se-semuanya!! Peringatan gempa luar angkasa telah diberitahu, segera menuju ke shelter!!” ucap Tama-sensei yang tetap seperti biasa, panik.
…
“Kita akan meninggalkannya disini?” tanya Shido pada Reine. Mereka akan meninggalkan Tohka di shelter, sementara mereka akan mengurus spirit baru yang muncul.
“Ya, kekuatannya sedang tersegel.” Ucap Reine. “Saat ini Ia sama seperti manusia lainnya. Lagipula, kami tidak ingin dia tertekan saat menyaksikan pertarungan antara TAR dengan spirit.”
“Ya, tapi…”
“Itsuka-kun! Yatogami-san! Murasame-sensei juga!” panggil Tama-sensei dengan paniknya. “Kalian harus segera ke shelter, disini sangat berbahaya!”
Shido memegang tangan Tama-sensei dan memegangkannya ke tangan Tohka, “Sensei, tolong jaga Tohka…” ucap Shido.
“Eh? Baiklah, tapi…”
“Shido…” ucap Tohka.
“Tohka, ada hal penting yang harus kulakukan.” Ucap Shido. “Kau pergilah ke shelter bersama Okamine-sensei.”
“Ta..tapi…”
“Tidak apa-apa, aku akan segera menyusulmu.” Ucap Shido yang kemudian berlari dengan Reine.
“I-Itsuka-kun!!” panggil Tama-sensei. “Ah… bahkan Murasame-sensei juga… kalian mau pergi kemana??”
“Shido…”
“Apa yang kau lihat?” tanya Tohka.
“Apa artinya ini?” tanya Tobiichi.
“Ka..kami membelinya di toko yang sama tadi pagi.” Jawab Shido. “Tohka tiba-tiba berada disana, jadi…”
“Bohong.” Ucap Tobiichi sambil membawa tutup bekal Shido. “124 hari yang lalu, kau membeli ini di toko dekat stasiun seharga 1580 yen. Sejak itu kau selalu menggunakannya. Ini bukan kotak dari toko makan siang.”
“Ke-kenapa kau tahu itu semua?”
“Itu tidak penting.”
“Apa yang sedang kalian berdua bicarakan?” tanya Tohka yang merasa terabaikan. “Jangan mengacuhkanku.”
“Ne, Itsuka, pacarku meminta saran dariku tentang pekerjaan apa yang harus diambilnya~” ucap Tonomachi yang semakin menambah panas suasana. “Pilihannya adalah menjadi perawat, maid, atau pendeta~ bisakah kau membantuku untuk memilih?”
“Apa kau tidak lihat aku sedang sibuk? Katakan saja padanya untuk jadi maid atau apapun! Lakukan apa yang ingin dia lakukan!”
“Maid ya? Yokai!” Tonomachi pun langsung ngacir pergi, meninggalkan Shido yang masih berhadapan dengan Tobiichi dan Tohka.
Tiba-tiba saja bunyi peringatan berdengung dimana-mana, “Gempa luar angkasa susulan telah terdeteksi di daerah ini. Ini bukan pelatihan, segera berlindung ke shelter terdekat. Saya ulangi…”
“A-apa??” tanya Shido. Tobiichi langsung sigap berdiri dan melangkah pergi, bersiap sebagai anggota TAR. Shido masih bingung, karena sang Spirit, Tohka, masih makan dengan tenang di sebelahnya.
“Se-semuanya!! Peringatan gempa luar angkasa telah diberitahu, segera menuju ke shelter!!” ucap Tama-sensei yang tetap seperti biasa, panik.
…
“Kita akan meninggalkannya disini?” tanya Shido pada Reine. Mereka akan meninggalkan Tohka di shelter, sementara mereka akan mengurus spirit baru yang muncul.
“Ya, kekuatannya sedang tersegel.” Ucap Reine. “Saat ini Ia sama seperti manusia lainnya. Lagipula, kami tidak ingin dia tertekan saat menyaksikan pertarungan antara TAR dengan spirit.”
“Ya, tapi…”
“Itsuka-kun! Yatogami-san! Murasame-sensei juga!” panggil Tama-sensei dengan paniknya. “Kalian harus segera ke shelter, disini sangat berbahaya!”
Shido memegang tangan Tama-sensei dan memegangkannya ke tangan Tohka, “Sensei, tolong jaga Tohka…” ucap Shido.
“Eh? Baiklah, tapi…”
“Shido…” ucap Tohka.
“Tohka, ada hal penting yang harus kulakukan.” Ucap Shido. “Kau pergilah ke shelter bersama Okamine-sensei.”
“Ta..tapi…”
“Tidak apa-apa, aku akan segera menyusulmu.” Ucap Shido yang kemudian berlari dengan Reine.
“I-Itsuka-kun!!” panggil Tama-sensei. “Ah… bahkan Murasame-sensei juga… kalian mau pergi kemana??”
“Shido…”
Selanjutnya: Date a Live episode 4 bagian 3
Tidak ada komentar:
Posting Komentar