Rabu, 12 Juni 2013

Versi Teks Date a Live episode 6 bagian 2


Di dalam sebuah kereta api bawah tanah yang sedang melaju, para anggota TAR berada di sana dalam perjalanan menuju ke pemandian air panas.

“Tapi, uh… apa anda yakin akan membawa peralatan berperang di piknik kita kali ini?”

 “Jangan main-main!” ucap sang kapten. Peralatan perang yang dimaksud adalah handuk, make up, baskom, dan sake. “Peralatan ini mungkin dibutuhkan untuk piknik kita kali ini! Kita harus mengurangi barang bawaan kita yang tidak penting! Kita kesini bukan untuk main-main! Tetap siaga dan waspada mengahadapi situasi apapun!”

“Dia sendiri ingin bermain…” “Dia tidak waspada…” “Dia juga tidak menyiapkan apapun..” pikir anak buahnya. Sementara kaptennya memakai baju bebas, mereka tetap memakai baju bertugasnya.



“Kapten benar.” Ucap Tobiichi yang juga membawa peralatan berperangnya berupa kamera, headphone, perekam suara dan tripod. Ia memakai baju tentara seolah sudah siap berperang saja. “Tidak mudah memesan pemandian ini, kita tidak boleh melupakan tanggung jawab kita!”

Tanggung jawab apanya? XD

BLLLAAAARRRR!!! Tiba-tiba kereta itu bergetar dan berhenti bergerak.
“Cari tahu apa yang terjadi!” ucap sang kapten.

Salah satu anak buahnya pun mengambil telepon dan menghubungi markas, “Apa yang terjadi…? Uh… begitu… ya.” Ia menutup teleponnya. “Kereta ini berhenti mendadak karena ada benda asing yang jatuh ke dalam terowongan. Kita tidak tahu kapan kereta ini bisa diperbaiki!” lapor anak buahnya.

Terowongan itu sudah runtuh salah satu sisinya, untung saja runtuhan itu tidak mengenai gerbong mereka.

“Cih, tidak ada pilihan lain.” Ucap si kapten TAR. “Semuanya, bersiaga!”

“Baik!!”

“Kita semua akan menuju target!! Maju!!”

“Dimengerti!!”

Disisi lain, rombongan Shido harus berjalan kaki ke pemandian akibat kerusakan yang dibuat Tohka tadi. Langkah Tohka perlahan mulai tidak menyeimbangi yang lainnya. Ia lalu terdiam dan berhenti.

“Maaf, Shido…”

Yoshinon tertawa, “Nyahahaha! Tadi itu hebat, Tohka-chan! Kau menendangnya keras sekali sampai-sampai—“ Yoshino segera menutup mulut Yoshinon. Tohka hanya dapat menunduk mendengarnya.

Shido berjalan mendekati Tohka dan berlutut didepannya sambil tersenyum.


“Jangan terlalu memikirkannya.” Ucap Shido.

“Shido… tidak marah?”

Shido hanya tersenyum. Ia berdiri dan mengelus kepala Tohka, seperti apa yang diminta Tohka saat di mobil. “Aku tidak marah.”

Tohka tersenyum senang mendengar ucapan Shido. Tiba-tiba, dari penutup selokan di belakang mereka semua, ada mahkluk yang mulai bergerak.

Komputer di Fraxinus mulai berbunyi nyaring. Layar menampilkan ada beberapa Object Unknown di belakang Shido dan yang lainnya.

“Beberapa pihak tidak dikenal muncul di belakang target!”

“Segera cari tahu soapa mereka.”

“Mengambil gambar…”
Saat komputer berhasil mengambil gambarnya, ternyata mereka hanyalah para TAR yang mencoba menyelamatkan diri dari bawah tanah.

“TAR!”

“TAR?”

“Apa yang mereka lakukan disana?”

“Mungkinkah mereka mendeteksi keberadaan Spirit?”

“Tidak mungkin! Tohka dan Yoshino saat ini tidak menimbulkan gelombang Spirit.”

“Apapun masalahnya, ini akan jadi kacau. Mereka akan merusak misi kita jika bertemu dengan Spirit. Kita harus mengambil keputusan!” para tim ahli semakin heboh.

“Tunggu sebentar! Kita tidak bisa! Komandan sedang tidak ada di tempat.” Kursi Kotori nampak kosong. “Wakil komandan juga sedang dihukum, kita tidak bisa—“

“Tidak,” potong yang lainnya. “Menurut bab 22 pasal 3, ‘pengalihan wewenang disaat situasi genting’.” Ucapnya. “Dengan persetujuan 5 anggota tertinggi, kita bisa mengambil keputusan.”

“Semua yang setuju, angkat tangan!” ucap salah satu tim ahli, lalu semua orang disana mengangkat tangannya tanpa terkecuali. “Sudah diputuskan…Aku, Letnan ‘Bad Marriage’, akan bertindak sebagai komandan sementara.” Ia kegirangan sendiri didalam hatinya, “Ah~ kata-kata yang berwibawa sekali~  aku bisa menggantikan komandan Kotori~”

“Umumkan keadaan darurat! Perkuat lapisan pertahanan!” ucap tim ahli yang sudah lelah menunggu perintah tim ahli yang tadi. “Apapun yang terjadi, lindungi target dari TAR!”

“Dimengerti!”

Lalu dampak dari keputusan itu adalah…

Jalan yang dilewati TAR terhalang mobil-mobil aneh yang secara ajaib menghalangi jalan mereka dengan ditumpuk-tumpuk. Saat mereka akan melewati jalan lainnya, ternyata jembatan yang akan mereka lewati rusak. Saat akan melewati jalan yang lain lagi, ternyata jalannya masih dalam perbaikan. Saat akan melewati jalan lain lagi, ternyata ada benteng mengamuk yang menghalangi.

“Ada yang aneh.” Ucap si kapten melihat peta yang mereka bawa. “Peta ini sepertinya salah!”

“Aku tidak ingat ada jalan disebelah situ.” Ucap Tobiichi yang juga melihat peta itu.

“Kapten, jalan di depan tertutup!” lapor seorang anggota.
“Sebelah kanan juga!” lapor anggota lainnya.
“Ada tempat pertokoan 500 meter di sebelah kiri!” lapor anggota yang lain lagi.
“Tidak ada jalan di belakang kita.” Ucap laporan terakhir.

Kapten TAR itu meremas petanya, “Tidak ada pilihan lain, Origami!”

“Baik!”

“Lakukan pengintaian.”

“Dimengerti!”

Tobiichi pun naik ke atas tiang di dekat sana untuk melihat seluruh keadaan sekitar mereka. “Sedang mengecek… tidak ada pertokoan di sebelah kiri.” Ucap Tobiichi. “Jalan ditemukan, 100 meter di depan. Menyambung ke jalan raya 400 meter lagi.”

“Baiklah. Pasukan, maju!!”
              
Ketika Shido dan teman-temannya sudah sampai di tempat pemandian, Shido agak terkejut melihat penunggu pemandiannya adalah Kotori lengkap denga kimononya.

“Ko-Kotori?”

“Eh?”

“Apa yang kau lakukan disini?” tanya Shido.

“Oh! Ada Kotori!” ucap Tohka.

“Apa yang terjadi?” tanya Yoshino.

Kotori merasa dipojokkan, “K-kau t-tidak tahu, ya? Aku sedang mengawasi! A-aku mengawasi agar Shido tidak membuat kekacauan!”

“Apa kau tidak bisa mengawasi dari atas seperti biasa?” tanya Shido. “Ah, mungkinkah kau ingin ikut bersama kami?”

Wajah Kotori memerah, “Te-tentu saja tidak!”

“Jangan malu.” Ucap Shido tersenyum. Ia mengulurkan tangannya, “Kau kan sudah ada disini, kenapa tidak ikut sekalian saja?”

Kotori sudah terbuai, “Ba-baiklah, aku akan—“ tiba-tiba microphone nya berbunyi nyaring,

“Ada apa?” tanya Shido yang tentu saja tidak mendengar apa-apa.

“Ada apa ini?” tanya Kotori pada orang yang menghubunginya. “Shido, maafkan aku, tapi apa kau bisa jalan duluan?”

“Apa kau baik-baik saja?” tanya Shido.

“Aku akan menyusul kalian!” ucap Kotori. “Makanya pergilah duluan.”

“Baiklah.” Shido dan yang lainnya lalu pergi.

“Ya ampun, kenapa harus disaat seperti ini, sih?!” keluh Kotori.


Kali ini TAR kembali terjebak. Jalan di depan mereka terhadang oleh tembok tinggi yang terbuat dari baja.

“Ini sudah kesepuluh kalinya!” ucap si kapten.

“Tadi benar-benar ada jalan disini saat aku melihatnya dari atas.” Ucap Tobiichi.

“Alat getaran inframerah tidak mendeteksi apapun!” “Sensor sonic juga tidak mendeteksi apapun! Tidak ada manusia dalam radius 500 meter.” Para anggota TAR sedang mengecek keadaan sekitar. “Dinding di depan kita ini setebal 50 cm dan terbuat dari baja.”

Kapten TAR itu semakin kesal, “Aku muak dengan semua ini!!!!” Ia menadahkan tangannya pada Tobiichi, “Origami!”

“Baik!” Tobiichi lalu memberikannya sebuah bom c4.

“Semua pasukan, menghadap ke arahku!!” ucap kapten. Ia lalu memasang bom itu pada dinding dan menekan tombol pemicunya hingga bomnya meledak dan menghancurkan tembok.

“Ka-kapten…?”

“Eh?” sang kapten memasang wajah tak berdosa. “Origami, apa yang baru saja kulakukan?”

“Tidak ada.” Sahut Tobiichi juga dengan wajah tak berdosa. “Dinding ini meledak dengan sendirinya.”

“Oh~ menakutkan sekali~”




Tidak ada komentar:

Posting Komentar