Sebelumnya: Date a Live episode 11 bagian 3
Seusai bermain-main, mereka
semua pergi untuk makan di sebuah café sederhana disana.
“Ini sangat enak, Shido~” ucap Tohka.
“Enak.” Ucap Yoshino.
“Sungguh? Syukurlah.” Ucap Shido. Ketika Shido melirik Kotori, adiknya itu nampak sangat kesal melihat Shido yang harusnya kencan dengannya hari ini, justru bermesraan dengan Tohka. “Reine-san, bagaimana tingkat ketertarikan hati Kotori?” bisik Shido.
“Tidak turun dan juga tidak meningkat.” Ucap Reine. “Tidak ada perubahan.”
“Dia benar-benar tidak mengalami perubahan? Aku tidak bisa menyegelnya kalau begini..” pikir Shido.
Kotori meminum segelas jus jeruk untuk meredam amarahnya, namun Ia justru keselek(?). “Uhuk, uhuk!”
“Kau baik-baik saja, Kotori?” Tanya Shido.
“Ya, hanya sedikit keselek(?).” Kotori berdiri lalu pergi.
“Ini sangat enak, Shido~” ucap Tohka.
“Enak.” Ucap Yoshino.
“Sungguh? Syukurlah.” Ucap Shido. Ketika Shido melirik Kotori, adiknya itu nampak sangat kesal melihat Shido yang harusnya kencan dengannya hari ini, justru bermesraan dengan Tohka. “Reine-san, bagaimana tingkat ketertarikan hati Kotori?” bisik Shido.
“Tidak turun dan juga tidak meningkat.” Ucap Reine. “Tidak ada perubahan.”
“Dia benar-benar tidak mengalami perubahan? Aku tidak bisa menyegelnya kalau begini..” pikir Shido.
Kotori meminum segelas jus jeruk untuk meredam amarahnya, namun Ia justru keselek(?). “Uhuk, uhuk!”
“Kau baik-baik saja, Kotori?” Tanya Shido.
“Ya, hanya sedikit keselek(?).” Kotori berdiri lalu pergi.
“Kau mau pergi kemana?” Tanya Shido.
“Bertanya pada lady kemana Ia akan pergi ketika baru berdiri? Itu bisa menjadi kesalahan fatal kalau kau bersama orang lain.” Ucap Kotori.
Ketika Kotori pergi, Shido menghembuskan nafas panjang. Ia lalu kaget ketika menyadari Tohka dan Yoshino memperhatikannya. “Eh? Ada apa?”
“Tidak,” ucap Tohka. “Kau hanya… kembali menjadi Shido yang biasanya.”
“Apa kau bertengkar dengan Kotori-san?” Tanya Yoshino.
“Kau terlihat lega saat Ia pergi.” Ucap Yoshinon. “Kau sangat mudah ditebak, Shido-san…”
“Eh? Benarkah?” mereka bertiga mengangguk.
Shido lalu berdiri, “Kurasa aku juga… akan ke toilet.”
Sambil berjalan menuju
toilet, Shido mencoba meng-contact Fraxinus. “Reine-san… apa aku segugup itu?
Tolong tunjukkan tingkat mentalku.”
Namun, yang menjawab Shido bukan Reine, melainkan Kannazuki. “Ah, Shido-kun… Murasame sedang tidak ada saat ini.” Ucap Kannazuki.
“Oh, begitu…” ketika Shido sudah di dekat toilet, Ia seperti melihat Reine dengan jubahnya. Ia lalu melangkah ke arahnya. Entah mengapa, Kannazuki mencegahnya.
“Shido-kun…! Jangan!!”
Di belakang mesin penjual minuman kaleng, Reine sedang melakukan sesuatu pada Kotori yang nampak tertunduk lemas. “Apa kau baik-baik saja, Kotori?” Tanya Reine.
“Ya… hampir saja…” ucap Kotori. Kotori memberikan tangannya ke arah Reine seakan minta disuntik. “Kumohon…”
“Aku sudah menyuntikmu 50 kali pagi ini.” Ucap Reine. “Jika sampai lebih—“
Kotori tersenyum. “Aku adalah Spirit… aku tidak akan mati karena obat…” namun Ia nampak sangat pucat. “Kumohon…” ucapnya. “Aku dengan Shido— dengan Onii-chan… sedang berkencan… mungkin ini terakhir kalinya… kami…. Kalau penyegelan gagal, besok aku telah tiada. Aku ingin menikmati kencan dengan Onii-chan sebelum aku pergi…”
Namun, yang menjawab Shido bukan Reine, melainkan Kannazuki. “Ah, Shido-kun… Murasame sedang tidak ada saat ini.” Ucap Kannazuki.
“Oh, begitu…” ketika Shido sudah di dekat toilet, Ia seperti melihat Reine dengan jubahnya. Ia lalu melangkah ke arahnya. Entah mengapa, Kannazuki mencegahnya.
“Shido-kun…! Jangan!!”
Di belakang mesin penjual minuman kaleng, Reine sedang melakukan sesuatu pada Kotori yang nampak tertunduk lemas. “Apa kau baik-baik saja, Kotori?” Tanya Reine.
“Ya… hampir saja…” ucap Kotori. Kotori memberikan tangannya ke arah Reine seakan minta disuntik. “Kumohon…”
“Aku sudah menyuntikmu 50 kali pagi ini.” Ucap Reine. “Jika sampai lebih—“
Kotori tersenyum. “Aku adalah Spirit… aku tidak akan mati karena obat…” namun Ia nampak sangat pucat. “Kumohon…” ucapnya. “Aku dengan Shido— dengan Onii-chan… sedang berkencan… mungkin ini terakhir kalinya… kami…. Kalau penyegelan gagal, besok aku telah tiada. Aku ingin menikmati kencan dengan Onii-chan sebelum aku pergi…”
Reine akhirnya menyuntik
Kotori. Ketika Ia akan berjalan pergi, Ia terkejut melihat Shido yang ternyata
dari tadi berada di depan mesin penjual minuman, mendengarkan setiap percakapan
mereka.
Shido berjalan dengan lemas keluar, dan Reine mengikuti di belakangnya.
“Reine-san…” ucap Shido ketika Ia merasa sudah cukup jauh dari Kotori. “Sejak kapan Kotori jadi seperti itu?!”
“Sejak Ia mendapat kekuatan Spiritnya kembali.” Ucap Reine.
“Lalu kenapa kalian—“
“Kotori meminta kami untuk merahasiakannya darimu, Shin.” Ucap Reine. “Dia tidak ingin kau kencan dengannya karena merasa kasihan.”
Shido menggertakkan giginya.
“Maka dari itu, kumohon. Pura-puralah tidak melihat apapun.” Ucap Reine dan berjalan pergi. “Demi Kotori…”
“Aku mengerti.”
Shido berjalan dengan lemas keluar, dan Reine mengikuti di belakangnya.
“Reine-san…” ucap Shido ketika Ia merasa sudah cukup jauh dari Kotori. “Sejak kapan Kotori jadi seperti itu?!”
“Sejak Ia mendapat kekuatan Spiritnya kembali.” Ucap Reine.
“Lalu kenapa kalian—“
“Kotori meminta kami untuk merahasiakannya darimu, Shin.” Ucap Reine. “Dia tidak ingin kau kencan dengannya karena merasa kasihan.”
Shido menggertakkan giginya.
“Maka dari itu, kumohon. Pura-puralah tidak melihat apapun.” Ucap Reine dan berjalan pergi. “Demi Kotori…”
“Aku mengerti.”
Ketika Kotori sudah kembali
dari toilet, Ia hanya menemukan Shido yang duduk sendiri dengan tumpukan piring
bekas makanan Tohka dan Yoshino.
“Are? Kemana mereka berdua?” Tanya Kotori.
“Kotori, ayo ganti pakaian dan kita pergi ke tempat lain.” ucap Shido.
“Eh? Oh.. kau mendapat perintah dari Fraxinus?” Tanya Kotori. “Tempat ini kurang efektif dan harus ganti tempat?”
Shido terkejut ketika Kotori mengatakan hal itu. “Yah… aku sih tidak keberatan.” Ucap Kotori.
“Tidak,” Shido melempar microphonenya.
“Are? Kemana mereka berdua?” Tanya Kotori.
“Kotori, ayo ganti pakaian dan kita pergi ke tempat lain.” ucap Shido.
“Eh? Oh.. kau mendapat perintah dari Fraxinus?” Tanya Kotori. “Tempat ini kurang efektif dan harus ganti tempat?”
Shido terkejut ketika Kotori mengatakan hal itu. “Yah… aku sih tidak keberatan.” Ucap Kotori.
“Tidak,” Shido melempar microphonenya.
“Shido?”
“Aku hanya… lebih suka taman bermain daripada kolam renang.” Ucap Shido.
“Huh?”
“Tidak usah mengkhawatirkan Tohka dan Yoshino, aku sudah meminta mereka untuk ke Jungle Cruise disana.” Ucap Shido. Jungle Cruise dimainkan dengan menaiki perahu, dan seolah berpetualangan menyusuri sungai.
Shido menggenggam tangan Kotori. “Ayo kita bersenang-senang. Sudah lama, bukan, kita tidak ke taman bermain? Siapkan dirimu, Kotori.”
“Aku hanya… lebih suka taman bermain daripada kolam renang.” Ucap Shido.
“Huh?”
“Tidak usah mengkhawatirkan Tohka dan Yoshino, aku sudah meminta mereka untuk ke Jungle Cruise disana.” Ucap Shido. Jungle Cruise dimainkan dengan menaiki perahu, dan seolah berpetualangan menyusuri sungai.
Shido menggenggam tangan Kotori. “Ayo kita bersenang-senang. Sudah lama, bukan, kita tidak ke taman bermain? Siapkan dirimu, Kotori.”
Di markas TAR, Tobiichi dan
ketuanya sedang melihat peralatan elite yang dikirim ke markas mereka.
Peralatan itu nampak besar, dan pastinya… kuat.
“Jadi ini yang waktu itu kau katakan?” Tanya Tobiichi.
“Ya.” Sahut si kapten. “Ini adalah Prototipe DW-029 Mesin Pemusnah. White Licorice. Ini adalah mesin gila yang mempunyai kemampuan setara dengan seluruh anggota TAR.”
“Dengan menggunakan White Licorice, sepertinya aku bisa mengalahkan Efreet.” Ucap Tobiichi.
“Secara teori, Licorice memang cocok untuk menghancurkan Spirit.” Ucap si kapten. “Tapi, kau tidak boleh memakainya. Kau tidak punya izin ataupun belum mempunyai kemampuan yang cukup.” Ucapnya. “Pasukan khusus DEM musnah hanya karena menggunakannya selama 30 menit.”
“Tapi…” ucap si kapten. “Kenapa kau membahas Efreet? Ah, aku mengerti… yang di video kemarin itu adalah Efreet? Memang, sih, dia punya api…—“
“Video?”
Sang kapten lalu memperlihatkan video tentang pertarungan dengan Kurumi waktu itu. Tobiichi terdiam melihat sosok Efreet yang terpampang jelas di video itu.
“Itsuka… Kotori…!!!”
“Jadi ini yang waktu itu kau katakan?” Tanya Tobiichi.
“Ya.” Sahut si kapten. “Ini adalah Prototipe DW-029 Mesin Pemusnah. White Licorice. Ini adalah mesin gila yang mempunyai kemampuan setara dengan seluruh anggota TAR.”
“Dengan menggunakan White Licorice, sepertinya aku bisa mengalahkan Efreet.” Ucap Tobiichi.
“Secara teori, Licorice memang cocok untuk menghancurkan Spirit.” Ucap si kapten. “Tapi, kau tidak boleh memakainya. Kau tidak punya izin ataupun belum mempunyai kemampuan yang cukup.” Ucapnya. “Pasukan khusus DEM musnah hanya karena menggunakannya selama 30 menit.”
“Tapi…” ucap si kapten. “Kenapa kau membahas Efreet? Ah, aku mengerti… yang di video kemarin itu adalah Efreet? Memang, sih, dia punya api…—“
“Video?”
Sang kapten lalu memperlihatkan video tentang pertarungan dengan Kurumi waktu itu. Tobiichi terdiam melihat sosok Efreet yang terpampang jelas di video itu.
“Itsuka… Kotori…!!!”
Bersambung ke: Date a Live episode 12 [END]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar