Sebelumnya: Blood Lad episode 3
“Dunia Iblis Atas adalah
tempat dimana para iblis elit dan berwibawa yang diizinkan tinggal disana. Dia
tinggal disana. Vampire Braz D. Blood… kakakku.”
“Kupikir apa…” ucap Bell.
“Bukankah itu bagus jika dia kakakmu?” Tanya Yanagi.
“Kurasa tidak ‘bagus’ kalau Ia sampai gemetaran begitu…” ucap Wolf melihat Staz yang benar-benar gemetar dari ujung rambut hingga kaki.
“Tidak, aku tidak tahan dengannya…” ucap Staz. “Kepercaya-diriannya, keangkuhannya, dan elitilitasnya... memikirkannya saja membuatku berkeringat dingin!”
“Kupikir apa…” ucap Bell.
“Bukankah itu bagus jika dia kakakmu?” Tanya Yanagi.
“Kurasa tidak ‘bagus’ kalau Ia sampai gemetaran begitu…” ucap Wolf melihat Staz yang benar-benar gemetar dari ujung rambut hingga kaki.
“Tidak, aku tidak tahan dengannya…” ucap Staz. “Kepercaya-diriannya, keangkuhannya, dan elitilitasnya... memikirkannya saja membuatku berkeringat dingin!”
Blood Lad: Jalur Menuju Dunia Iblis Atas
Text Version by esti-widhayang.blogspot.com
Author: Dhwati Esti Widhayang
Text Version by esti-widhayang.blogspot.com
Author: Dhwati Esti Widhayang
“Dunia Iblis Atas adalah
tempat ekskulif dimana hanya raja iblis yang menaklukan setiap wilayah yang
diizinkan tinggal disana…” ucap Saty 2 sambil mengusap-usap kumis yang Ia dapat
entah darimana.
“Banyak iblis elit disana yang mengawasi dunia iblis bawah… merekalah yang membuat peraturan di dunia ini.” Ucap Wolf. “Disana bukan tempat untuk rakyat jelata seperti kita…”
“Um…” gumam Yanagi.
“Tapi, Staz, kau bisa kesana!” ucap Wolf sambil mendekat dan menunjuk temannya itu. “Kau adalah seorang vampire, iblis keturunan bangsawan, kan? Pergi kesana hanya akan seperti pulang ke rumah.”
Staz memalingkan wajahnya. “Ta-tapi… pergi kesana tanpa undangan atau semacamnya.. itu… tidak mungkin, kan?”
Kali ini Wolf beralih menunjuk Bell. “Gunakan saja sihir ruang milik gadis gendut itu.”
“Hei, jangan membuat panggilan seenaknya!” ucap Bell.
“Mana mungkin aku bertemu dengannya…setelah aku kabur dari rumah?” Staz masih memalingkan wajahnya.
Wolf jadi kesal karena sifat Staz, dan mencekiknya dengan erat. “Kalau begitu, hadapilah! Kau pikir siapa yang membuatku jadi seperti ini?! Kau sangat ingin menemukan buku itu sampai kau tega ingin membuatku ZIP! Dan sekarang kau menyerah begitu saja hanya karena berurusan dengan kakakmu?! Aku benci pecund*ng sepertimu… jika kau menginginkan sesuatu, lakukan dengan sepenuh hati!!”
“U-ukh…”
“Apa kau mengerti?! Blood Cherry?!”
“A-aku mengerti! Lepaskan aku! Uhuk! Uhuk!” ucap Staz. Ia mengepalkan tangannya. “Namaku bukan Blood Cherry… Namaku Blood Charlie Staz!!”
“Heh, pergi sana.” Ucap Wolf.
“Ano… maaf mengganggu kesenangan kalian.” Ucap Bell menengahi. “Apa aku juga akan terlibat dalam rencananya untuk pergi kesana?”
“Tentu saja.” Ucap Wolf langsung.
“A-apa kau bodoh? Itu akan berbahaya untukku…!!” Bell menyilang-silangkan tangannya. Wolf kesal melihat sikapnya dan menarik kerah baju Bell yang sebenarnya tidak ada kerahnya(?).
“Apa kau sedang bercanda? Aku hampir saja terbunuh sia-sia karena tingkah orang sepertimu!!” ucap Wolf. “Jika aku mati karena membuat seorang gadis menangis, itu tidak masalah, tapi aku pasti akan membuat gadis menangis agar Ia tak mendapatkan hati laki-laki yang disukainya!” ucap Wolf ngelantur.
Suasana berubah hening.
“Baiklah, aku akan membantunya.” Ucap Bell.
“Yosh.”
Yanagi dan anak buah Wolf terkagum-kagum melihat Wolf yang berhasil menaklukkan Bell walau dengan sedikit kekerasan. “Kereeen…” pikir mereka.
“Tak perlu khawatir, aku yang akan menjaga Fuyumi saat kau tak ada.” Ucap Wolf pada Staz sementara Bell sedang membuat penghubung dimensi ruangnya.
“Ah, itulah yang kukhawatirkan…” keluh Staz. “Ah!! Mungkinkah kau sudah merencanakn ini dari awal?!!”
“Tenang saja, Staz.”
“Eh? Oi!!” Wolf tidak mau menunggu lama-lama lagi dan langsung menendang Staz ke dalam benda berbentuk persegi panjang itu. “Gyaaaa~~!!”
Bell hanya pundung melihat itu. “Aku belum menghubungkannya… Kalau seperti ini dia akan mendarat di…oh!!” tiba-tiba Bell tersenyum.
“Ada apa?” tanya Wolf.
“Tidak, bukan apa-apa.” Senyum Bell semakin licik. “Terima kasih, Wolf!”
Wolf hanya diam dan tidak mengerti apa yang sedang Bell rencanakan…
“Banyak iblis elit disana yang mengawasi dunia iblis bawah… merekalah yang membuat peraturan di dunia ini.” Ucap Wolf. “Disana bukan tempat untuk rakyat jelata seperti kita…”
“Um…” gumam Yanagi.
“Tapi, Staz, kau bisa kesana!” ucap Wolf sambil mendekat dan menunjuk temannya itu. “Kau adalah seorang vampire, iblis keturunan bangsawan, kan? Pergi kesana hanya akan seperti pulang ke rumah.”
Staz memalingkan wajahnya. “Ta-tapi… pergi kesana tanpa undangan atau semacamnya.. itu… tidak mungkin, kan?”
Kali ini Wolf beralih menunjuk Bell. “Gunakan saja sihir ruang milik gadis gendut itu.”
“Hei, jangan membuat panggilan seenaknya!” ucap Bell.
“Mana mungkin aku bertemu dengannya…setelah aku kabur dari rumah?” Staz masih memalingkan wajahnya.
Wolf jadi kesal karena sifat Staz, dan mencekiknya dengan erat. “Kalau begitu, hadapilah! Kau pikir siapa yang membuatku jadi seperti ini?! Kau sangat ingin menemukan buku itu sampai kau tega ingin membuatku ZIP! Dan sekarang kau menyerah begitu saja hanya karena berurusan dengan kakakmu?! Aku benci pecund*ng sepertimu… jika kau menginginkan sesuatu, lakukan dengan sepenuh hati!!”
“U-ukh…”
“Apa kau mengerti?! Blood Cherry?!”
“A-aku mengerti! Lepaskan aku! Uhuk! Uhuk!” ucap Staz. Ia mengepalkan tangannya. “Namaku bukan Blood Cherry… Namaku Blood Charlie Staz!!”
“Heh, pergi sana.” Ucap Wolf.
“Ano… maaf mengganggu kesenangan kalian.” Ucap Bell menengahi. “Apa aku juga akan terlibat dalam rencananya untuk pergi kesana?”
“Tentu saja.” Ucap Wolf langsung.
“A-apa kau bodoh? Itu akan berbahaya untukku…!!” Bell menyilang-silangkan tangannya. Wolf kesal melihat sikapnya dan menarik kerah baju Bell yang sebenarnya tidak ada kerahnya(?).
“Apa kau sedang bercanda? Aku hampir saja terbunuh sia-sia karena tingkah orang sepertimu!!” ucap Wolf. “Jika aku mati karena membuat seorang gadis menangis, itu tidak masalah, tapi aku pasti akan membuat gadis menangis agar Ia tak mendapatkan hati laki-laki yang disukainya!” ucap Wolf ngelantur.
Suasana berubah hening.
“Baiklah, aku akan membantunya.” Ucap Bell.
“Yosh.”
Yanagi dan anak buah Wolf terkagum-kagum melihat Wolf yang berhasil menaklukkan Bell walau dengan sedikit kekerasan. “Kereeen…” pikir mereka.
“Tak perlu khawatir, aku yang akan menjaga Fuyumi saat kau tak ada.” Ucap Wolf pada Staz sementara Bell sedang membuat penghubung dimensi ruangnya.
“Ah, itulah yang kukhawatirkan…” keluh Staz. “Ah!! Mungkinkah kau sudah merencanakn ini dari awal?!!”
“Tenang saja, Staz.”
“Eh? Oi!!” Wolf tidak mau menunggu lama-lama lagi dan langsung menendang Staz ke dalam benda berbentuk persegi panjang itu. “Gyaaaa~~!!”
Bell hanya pundung melihat itu. “Aku belum menghubungkannya… Kalau seperti ini dia akan mendarat di…oh!!” tiba-tiba Bell tersenyum.
“Ada apa?” tanya Wolf.
“Tidak, bukan apa-apa.” Senyum Bell semakin licik. “Terima kasih, Wolf!”
Wolf hanya diam dan tidak mengerti apa yang sedang Bell rencanakan…
Staz terjatuh disebuah kamar
yang sepertinya kamar perempuan. Ia melihat sekelilingnya. “Uh… dimana aku?”
“Di kamarku.” Ucap Bell muncul di belakang Staz dengan posisi menggantung di atap dan membuat Staz terkejut. “Yo-Ho!”
“Gyaaaa!!!”
Bell melompat turun ke lantai. “Wolf keburu menendangmu sebelum aku sempat menghubungkannya… jadi kau terhubung ke kamarku.”
“Ini… tempat tinggalmu?”
“Begitulah.”
Staz melihat sekitar dan ternyata ada banyak boneka disana. “Tak kusangka kau penggemar sesuatu yang lucu…”
“I-itu bukan urusanmu..”
“Kami membawakan beberapa pakaian!!!” ucap anak buah Wolf sambil
memberikan baju ke bosnya.“Di kamarku.” Ucap Bell muncul di belakang Staz dengan posisi menggantung di atap dan membuat Staz terkejut. “Yo-Ho!”
“Gyaaaa!!!”
Bell melompat turun ke lantai. “Wolf keburu menendangmu sebelum aku sempat menghubungkannya… jadi kau terhubung ke kamarku.”
“Ini… tempat tinggalmu?”
“Begitulah.”
Staz melihat sekitar dan ternyata ada banyak boneka disana. “Tak kusangka kau penggemar sesuatu yang lucu…”
“I-itu bukan urusanmu..”
“Oh. Terimakasih.” Ucap bosnya dengan ekspresi biasa.
“Ini, untukmu juga.” Ucap anak buah Wolf memberikan baju juga ke Yanagi. Yanagi menerima pemberian itu dengan antusias.
“Terima kasih banyak!!”
“Aku harus segera memperbaiki wajahku ini…” gumam Wolf. Ia mengetuk wajahnya beberapa kali, dan wujud serigalanya langsung kembali ke wujud normal. “Bagaimana?” tanyanya ke Yanagi.
“Wajahmu sudah benar-benar kembali seperti semula.” Ucap Yanagi.
“Mudah sekali…” gumam Saty 2.
Beberapa saat kemudian, Wolf sudah selesai memakai bajunya. “Hm, jadi seperti ini, ya…” ucapnya melihat baju gaya santai itu.
“Bossu, aku yang memilihkan baju itu!” ucap salah satu anak buah Wolf, berharap mendapat pujian.
“Begitukah? Pantas saja terlihat bodoh.” Ucap Wolf. Anak buah Wolf langsung menangis suram.
“Maaf membuat kalian menunggu.” Ucap Yanagi yang juga sudah selesai berganti pakaian.
“Itu aku juga yang
memilihkan bajunya!” ucap anak buah Wolf dengan keyakinan penuh akan dipuji
kali ini.
“Sudah kuduga. Itupun terlihat bodoh juga.” Ucap Wolf. Anak buahnya itu melanjutkan tangis suramnya.
“Sabar, ya…” ucap anak buah yang satunya ke temannya itu.
“Baiklah, Tobi, Kiji,…” ucap Wolf ke kedua anak buahnya.
“Siap!!” ucap keduanya.
“Kalian boleh pulang.”
Hening.
“HE?!”
…
“Sudah kuduga. Itupun terlihat bodoh juga.” Ucap Wolf. Anak buahnya itu melanjutkan tangis suramnya.
“Sabar, ya…” ucap anak buah yang satunya ke temannya itu.
“Baiklah, Tobi, Kiji,…” ucap Wolf ke kedua anak buahnya.
“Siap!!” ucap keduanya.
“Kalian boleh pulang.”
Hening.
“HE?!”
…
“Terima kasih telah
mengizinkanku mandi.” Ucap Staz pada Bell sambil mengusap-usap rambutnya yang
masih basah.
“Itu karena kau bau dan kotor!” ucap Bell. “Baiklah, kalau begitu aku mau mandi juga~”
Staz duduk di kasur Bell dan membuka sekaleng minuman. Suara gemercik air dari kamar mandi terdengar. Tiba-tiba Staz terlihat pucat. “Pe-perasaan buruk apa ini…”
Sementara itu, Bell yang sedang mandi mengawasi apa yang dilakukan Staz dengan membentuk persegi panjang dengan jarinya. “Ouw ow… dia semakin gelisah…” ucapnya. “Siapa sangka aku akan mendapatkan kesempatan secepat ini…”
…
“Itu karena kau bau dan kotor!” ucap Bell. “Baiklah, kalau begitu aku mau mandi juga~”
Staz duduk di kasur Bell dan membuka sekaleng minuman. Suara gemercik air dari kamar mandi terdengar. Tiba-tiba Staz terlihat pucat. “Pe-perasaan buruk apa ini…”
Sementara itu, Bell yang sedang mandi mengawasi apa yang dilakukan Staz dengan membentuk persegi panjang dengan jarinya. “Ouw ow… dia semakin gelisah…” ucapnya. “Siapa sangka aku akan mendapatkan kesempatan secepat ini…”
…
“Oh, ya, Wolf…” ucap Saty 2
memanggil Wolf.
“Hm?”
“Bukankah kau yang keturunan manusia serigala juga termasuk bangsawan?” tanya Saty 2. “Kenapa kau juga meninggalkan dunia iblis atas?”
“Aku tidak meninggalkannya, tapi aku dibuang.” Ucap Wolf.
“Eh?” Yanagi terkejut.
“Hm?”
“Bukankah kau yang keturunan manusia serigala juga termasuk bangsawan?” tanya Saty 2. “Kenapa kau juga meninggalkan dunia iblis atas?”
“Aku tidak meninggalkannya, tapi aku dibuang.” Ucap Wolf.
“Eh?” Yanagi terkejut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar