Jumat, 09 Agustus 2013

Versi Teks Blood Lad episode 4 bagian 3

“Lama sekali mereka itu..” ucap Wolf membicarakan Bell dan Staz sambil memakan sepotong ayam bersama Yanagi dan Saty 2 di sebuah restoran.

“Apa mungkin mereka tersesat di dimensi ruang itu?” tanya Saty 2 sambil ikut melahap daging di depannya.

“Ada apa? Kau tak makan?” tanya Wolf kepada Yanagi yang terlihat sangat mengantuk.

“Ah--baik, akan kumakan…” ucap Yanagi yang sepertinya setengah sadar. Ia justru memakan serbet meja.

“Itu… napkin.” Ucap Saty 2.

“Apa kau baik-baik saja?” tanya Wolf.


Sementara itu, Staz masih asyik mengotak-atik internet, dan bahkan dia sudah menemukan cara untuk membaca manga secara online.
“Whoa… wah…. Whoa!!!” Staz terkagum-kagum.




“Sampai kapan kau mau bermain terus?!” Bell menendang Staz tepat di dadanya.

“U-Ugh!!!”

“Ayo kita pergi!” ucap Bell.

“Kemana?”

“Tentu saja ke tempat kakakmu!”

“E-eh? Sekarang?”

“Besok. Kita akan pergi kesana besok.” Ucap Bell. “Temui kakakmu dan minta untuk menghilangkan segel pelurunya.”

“Hah? Aku kesana untuk bertanya bagaimana cara membangkitkan manusia…”

“Bodoh!!!” Bell menendang Staz lagi.

“Oi, itu sakit!! Ada apa denganmu sebenarnya?!!”

“Apa kau tak malu kalau kalah dari perempuan?”

“Sejak kapan aku kalah darimu?!”

“Kau selalu kalah dariku, absolute buodoh!” ejek Bell.

“Apa kau bilang?!”

“Baiklah, akan kutunjukkan padamu rasa kekalahan itu.” Ucap Bell. “Ikutlah denganku.”

Bell mengajak Staz ke sebuah ruangan berpanel-panel kotak dengan hanya satu pintu. “Tempat ini adalah ruangan grid.” Ucap Bell. “Aku menggunakannya saat melintasi ruang.”

Staz melakukan pemanasan dengan merenggangkan lengannya. “Jika itu yang kau inginkan, aku akan melakukannya!”

“Perlu kau ketahui, aku sama sekali tidak ada minat bertarung denganmu.” Ucap Bell.

“Ah?”

“Yang kumaksud adalah, membuatmu mengakui kekalahan tanpa jalur pertarungan.”

“Apa kau sedang meremehkanku?!” tanya Staz. “Tentu saja aku tidak akan mengakui kekalahan!!”

“Kaulah yang sedang meremehkanku, kan?” Bell menyentuhkan kakinya ke salah satu panel dan panel itu berubah menjadi dimensi ruang, Bell melompat kedalamnya. “Bodoh!”

“Oi! Jangan-jangan─” Staz membuka satu-satunya pintu di tempat itu, dan disekelilingnya hanya ada dimensi ruang, tak ada apapun disana.




“Begitu. Jadi permainan seperti ini yang kau inginkan…”


“Hyaaah! Raja iblis barat memang hebat! Kau bisa mendapatkan kamar bagus hanya dengan menunjukkan wajahmu!” ucap Saty 2 tidur-tiduran di bantal sofa. “Sofa ini begitu halus dan nyaman!”

“Itu adalah cushion…” ucap Yanagi tersenyum kecil. “Wolf-san, terima kasih atas semuanya.”

“Ti-tidak usah dipikirkan…” ucap Wolf memalingkan wajahnya. “Kau sangat kelelahan, kan… cepatlah istirahat.”

“Baiklah.” Ucap Yanagi. “Aku… terima… tawa…ranmu…” dan Ia pun langsung tertidur ditempat.

“Whoa! Cepatnya!!” ucap Saty 2.

“Ja-jangan tidur disini…” ucap Wolf pelan.


Staz duduk di tempat yang kosong itu. Ia menyadari bahwa dirinya sudah tak mampu melakukan apa-apa ketika terjebak dalam perangkap wilayah lawan.

“Aku menyerah.” Ucap Staz.

Bell muncul dari salah satu panel. “Are? Sudah mengaku kalah, ya?”

“Ya. Mencoba seperti apapun tidak akan membuatku berhasil keluar dari sini, kan?”

“Kau lebih pandai dari yang kuduga.”

“Berisik.” Ucap Staz. “Kau mencurigaiku sebagai ‘Penyihir Pencuri’, kan? Jika kekuatan penuhku terbuka, aku dapat mencuri kekuatan sihirmu dengan mudah.”

“Yaah, soal itu mana aku tahu~”

“Baiklah.” Ucap Staz. “Aku akan mengeluarkan peluru ini dan aku akan mengambil kekuatan sihirmu dan memburumu kemanapun kau pergi.” Staz tersenyum. “Aku akan terus menendangmu sampai kau memohon ampun padaku. Ingatlah itu..”

Diancam seperti itu, wajah Bell justru memerah.

“Sudahlah, cepat keluarkan aku dari tempat ini!”

“Y-Ya…” Bell menunduk meredam wajahnya yang memerah. “Lalu… bagaimana dengan makan malamnya?”

“Oh…”

“Gawat…” pikir Bell. “Rasanya aku seperti mengalami ZIP!”


“Su-sushi?! Jadi ini sushi?!” tanya Staz sambil memperhatikan daging mentah di depannya. Mereka sedang berada di rumah makan sushi di dunia manusia.

“Kau suka sushi, kan?” tanya Bell.

“Tidak, aku belum pernah memakannya sebelumnya…” ucap Staz.

“Apa kau seorang turis?” tanya si penjual sushi.

“Ano… kupikir dihidangkannya melewati meja berjalan…” ucap Staz.

Si penjual sushi tertawa. “Maaf membuatmu kecewa!” ucapnya masih sambil tertawa.

Staz akhirnya mencicipi sushi pertamanya itu. “Nom..nom..nom…” CLINK! Mata Staz berbinar. “Bell…”

“Ada apa?”

“Kau orang yang menyebalkan, tapi kau sebenarnya orang yang baik!” ucap Staz membuat wajah Bell memerah.

Bell menunduk menyembunyikan wajahnya, “Kau ini.. naïf sekali…”

“Paman, berikan aku sushi yang lebih enak lagi! Yang meleleh di mulut!” ucap Staz.

“A-ada apa denganku…” pikir Bell. “Aku hanya menerima orang yang lebih kuat dariku… jadi… aku tak akan jatuh cinta padanya…”


“Dia mungkin sangat lelah, apa kau mau membawakannya ke tempat tidur?” tanya Saty 2 pada Wolf sambil memain-mainkan rambut Yanagi.

“Aku?” tanya Wolf balik.

“Apa kau pikir aku bisa?” Saty 2 strike again.

Wolf membayangka mahkluk kecil itu mengangkat Yanagi…
“Kurasa tidak.” Ucap Wolf.




“Benar, kan?”

Wolf akhirnya bersedia mengangkat Yanagi. Wajahnya sangat merah.
“Aneh, dia terasa lebih ringan dari kelihatannya…”

“Are?” tiba-tiba Saty 2 terlihat pucat.

“Hm? Ada apa?” tanya Wolf.

“A-apa ini perasaanku saja… atau kaki Fuyumi memang benar-benar menghilang?!”







“Aku hanya dapat mengantarmu sampai disini saja. Sisanya kau jalan sendiri.” Ucap Bell menelantarkan(?) Staz di pinggir hutan. Jauh di depan sana, kastil vampire sudah terlihat.

“Hah… kurasa aku harus pergi dan meminta padanya… cara membangkitkan manusia…” ucap Staz berjalan dengan gagah berani.

“Jangan lupa tentang peluru di jantungmu!” ucap Bell.

“Itu kalau Ia mau melepaskannya.”

“Tunggu, kau sudah berjanji! Kalau kau tak melakukannya, aku tak akan kesini untuk menjemputmu!!”

“Aku kan kabur dari rumah, tentu saja aku tahu jalan untuk kembali.” Ucap Staz tersenyum bangga.

“Heh… seharusnya aku lebih keras padanya…” gumam Bell. “Sekarang masih belum terlambat. Aku bisa menciptakan keadaan dimana dia harus melepaskan peluru itu.” Pikir Bell. “Baiklah, aku harus pergi!”

Setelah Bell pergi, Staz yang tadinya berjalan dengan gagah langsung bersembunyi di semak-semak dan melihat sekelilingnya.

“Sebaiknya aku melakukannya secara sembunyi-sembunyi agar tidak diketahui…” ucap Staz. “Ketahuan oleh kakakku tidak begitu masalah, tapi kalau sampai ‘dia’ yang menemukanku, tamat sudah…” Staz merayap di tanah. “Aku harus berhati-hati…”

Staz melihat sekeliling lagi, begitu merasa aman, Ia menghembuskan nafas lega. Namun tiba-tiba..
TRING!!! Sebuah kapak mendarat tepat di depan muka Staz.

“Apa yang kau lakukan disini?” tanya orang yang membawa kapak. Ia nampak seperti gadis kecil, dan memakai topeng itu menutupi wajahnya. “Kau sudah tidak ada urusan lagi disini, kan?”





Staz nampaknya mengenal orang itu. “Y-Yah… aku merindukanmu…” ucap Staz mencari alasan kalau tidak kapak itu mungkin akan mengenainya, lain kali. “…Liz.”




Selanjutnya: Blood Lad  episode 4 bagian 4


Tidak ada komentar:

Posting Komentar