Sebelumnya: Blood Lad episode 4 bagian 3
“Ugh!” Wolf terbang melewati
setiap bangunan dengan kecepatan tinggi sambil menggendong Yanagi dan membawa
Saty 2.
“Kau akan membawa dia kemana?” tanya Saty 2.
“Di dekat sana ada seseorang yang mengetahui banyak hal tentang fisiologi iblis… dia memang tak bisa dipercaya, tapi… mungkin dia bisa melakukan sesuatu.” Ucap Wolf. “Dia adalah ilmuwan gila di dunia iblis, Frankenstein.”
“Kau akan membawa dia kemana?” tanya Saty 2.
“Di dekat sana ada seseorang yang mengetahui banyak hal tentang fisiologi iblis… dia memang tak bisa dipercaya, tapi… mungkin dia bisa melakukan sesuatu.” Ucap Wolf. “Dia adalah ilmuwan gila di dunia iblis, Frankenstein.”
…
“Oi, buatkan aku obatnya
lebih banyak lagi!” ucap seorang pasien kepada seorang dokter bernama
Frankenstein.
Dokter itu tidak menghiraukan, “Sudah kuduga lebih enak minum kopi dari gelas beker…” ucapnya sambil minum dan menyetel musik keras.
“Oi, bisakah kau mematikan musik berisik itu?!” tanya si pasien.
Sang dokter menaruh gelas bekernya, “Resonansi notasi rendah sangat mengganggu kesehatan tubuh. Apa kau tahu itu bisa memicu kekakuan bahu dan nyeri punggung?”
“Ah? Apa kau bilang?” tanya si pasien yang tidak bisa mendengar suara si dokter di tengah keributan itu.
“Itu artinya, aku sedang mencoba memulihkan diri dari ketegangan… direngekki oleh seorang pecund*ng yang memakai obat-obatan untuk menjadi bos itu sangat─” dokter itu berbalik perlahan dengan sebuah bom di tangannya. “Cepatlah pulang!”
BLAAARRRRRRRRRR!!!
Wolf dan Saty 2 terkejut melihat ledakan yang terjadi di depan mereka.
“A-apa itu?” tanya Saty 2.
“Orang itu…” ucap Wolf. “Lagi-lagi dia ‘bermain’ dengan ledakan besar…”
…
TRING!! TRING!!!Dokter itu tidak menghiraukan, “Sudah kuduga lebih enak minum kopi dari gelas beker…” ucapnya sambil minum dan menyetel musik keras.
“Oi, bisakah kau mematikan musik berisik itu?!” tanya si pasien.
Sang dokter menaruh gelas bekernya, “Resonansi notasi rendah sangat mengganggu kesehatan tubuh. Apa kau tahu itu bisa memicu kekakuan bahu dan nyeri punggung?”
“Ah? Apa kau bilang?” tanya si pasien yang tidak bisa mendengar suara si dokter di tengah keributan itu.
“Itu artinya, aku sedang mencoba memulihkan diri dari ketegangan… direngekki oleh seorang pecund*ng yang memakai obat-obatan untuk menjadi bos itu sangat─” dokter itu berbalik perlahan dengan sebuah bom di tangannya. “Cepatlah pulang!”
BLAAARRRRRRRRRR!!!
Wolf dan Saty 2 terkejut melihat ledakan yang terjadi di depan mereka.
“A-apa itu?” tanya Saty 2.
“Orang itu…” ucap Wolf. “Lagi-lagi dia ‘bermain’ dengan ledakan besar…”
…
Gadis bertopeng itu menyerang Staz dengan kapaknya.
“Tu-tunggu sebentar! Tenangkan dirimu, Liz! Dengarkan penjelasanku dulu!” Staz mencoba menghindari setiap serangan berbahaya itu. “Gyaaa!!!”
“Berisik!” gadis bernama Liz itu terus menyerang Staz yang bahkan tak sempat menyerang balik. “Kau telah mempermalukan keluarga kita! Kakak pasti tidak akan mau melihatmu!!”
“Kenapa kau berkata kejam seperti itu…” ucap Staz. “Aku kan juga kakakmu!”
“Bukan.” Liz langsung menangkis pernyataan itu.
“Cih, bagaimanapun juga aku kakakmu!”
“Aku tidak mau mengakuimu.” Ucap Liz. “Kau adalah sampah yang menodai kebaikan kakakku dan pergi begitu saja! Aku sudah lama menunggu saat seperti ini… kesempatan untuk menghukummu dengan tanganku sendiri!!!!”
Liz menghentakkan kapaknya dan membentuk segel pentagram yang menahan Staz di tengahnya.
“Ya-yang benar saja…”
“Kenyataan bahwa kau memiliki darah yang sama denganku dan kakakku…” ucap Liz. “…Itu adalah sebuah dosa untukmu!!”
Dari langit, muncul aura gelap, lalu muncullah sebuah tangan raksasa dengan cap yang menyerang Staz.
“Judgement Impact!!!”
Tanah di bawah Staz hancur dan Staz terjerumus ke dalamnya.
“Aku… mempunyai kakak dan adik yang berbahaya…”
Liz membuka topengnya untuk melihat dengan lebih jelas jatuhnya Staz.
“Dia memiliki kebanggaan dan
kuasa sebagai seorang iblis bangsawan… Sipir penjara, Blood T. Liz.” Pikir Staz
yang terjerumus ke dalam tempat yang nampak seperti tempat tahanan. “Tak
kusangka dia akan melemparkan kakaknya sendiri ke tempat seperti ini… penjara terbesar
dan terburuk di dunia Iblis…Inilah yang disebut dengan kotak mainan Liz…”
Staz terjatuh ke sebuah meriam dan meriam itu menembakkan Staz ke sel-nya.
BRRUUUKKK!!! Sel itupun tertutup.
“Dengan ini, aku tidak akan dapat bertemu dengan kakak…” pikir Staz sambil membawa buku pembangkit manusia di tangannya.
…
Staz terjatuh ke sebuah meriam dan meriam itu menembakkan Staz ke sel-nya.
BRRUUUKKK!!! Sel itupun tertutup.
“Dengan ini, aku tidak akan dapat bertemu dengan kakak…” pikir Staz sambil membawa buku pembangkit manusia di tangannya.
…
“Ah, sepertinya aku tidak
bisa mengendalikan ledakannya…” ucap dokter Frankenstein sambil melihat atapnya
yang berlubang karena ulahnya.
Pintu di ruangan dokter itu terbuka, dan Wolf yang sedang menggendong Yanagi masuk ke dalamnya. “Tapi, tadi itu memberikan terapi yang baik untuk jantung.” Sahut Wolf. “Benar, kan? Franken?”
“Hari ini aku akan menjadi terkenal karena bertemu dengan bos lama dan bos baru.” Ucap Frankenstein. Di sebelahnya tergeletak mayat orang yang sepertinya bos lama di dunia iblis barat sebelum digantikan oleh Wolf.
“Aku ingin kau memeriksa seseorang sebentar.” Ucap Wolf.
“Ah?”
…
“Ugh~ kunyyaaa~~ kunyaaa~” Staz mencoba merusak besi sel itu, namun
sekuat apapun Ia mencoba, besi itu tetap utuh. “Sial, tak bergeming sedikit
pun…”Pintu di ruangan dokter itu terbuka, dan Wolf yang sedang menggendong Yanagi masuk ke dalamnya. “Tapi, tadi itu memberikan terapi yang baik untuk jantung.” Sahut Wolf. “Benar, kan? Franken?”
“Hari ini aku akan menjadi terkenal karena bertemu dengan bos lama dan bos baru.” Ucap Frankenstein. Di sebelahnya tergeletak mayat orang yang sepertinya bos lama di dunia iblis barat sebelum digantikan oleh Wolf.
“Aku ingin kau memeriksa seseorang sebentar.” Ucap Wolf.
“Ah?”
…
“Percuma, percuma.” “Kau hanya membuang-buang tenagamu.” “Mustahil keluar dari sini.” “Menyerahlah dan lakukan hal lain.” Teriak orang-orang dari sel lain.
Staz melirik ke arah kirinya dan melihat sebuah tombol aneh dan mencurigakan.
“Oi, disana sepertinya ada tombol yang tidak boleh ditekan.” Ucap Staz.
Hening.
“Tekan saja…” ucap seseorang dari sel lain. Staz mendekati tombol itu dan menekannya. Tiba-tiba sebuah alarm berbunyi. Seluruh isi penjara itu menertawai Staz. “Gyahaha!!” “Dia menekannya!” “Dia menekannya!!” “Siapa yang berani melakukannya?”
Tiba-tiba terdengar suara peringatan, “Tahanan nomor 1097639 telah menekan tombol ‘tantangan’. Tahanan 1097639, silahkan menuju ke arena…” tiba-tiba dinding belakang sel Staz terbuka.
“Dindingnya bisa terbuka, ya?” gumam Staz. Ia berjalan menyelusuri jalan yang tersedia di balik dinding itu. Tahanan-tahanan dari penjara lain berteriak menyoraki,
“Rasakan itu!” “Meledaklah!”
Staz sampai di sebuah arena tertutup yang berumput, dan dihadapannya sudah berdiri Liz.
“Kenapa kau lama sekali?” tanya Liz.
“Berhentilah bermain Alcatraz dengan kakakmu sendiri…” ucap Staz.
Nb: Alcatraz itu kalau tidak salah merupakan salah satu penjara terbaik di dunia. Info lebih lanjut silahkan searching di mbah google ^^
“Kalau melawan kekuatan sihirku, kau tidak ada apa-apanya, melainkan hanya iblis jelata dari dunia iblis bawah!” ucap Liz. “Itu semua benar, kan?”
Staz hanya tertawa nista, “Kalau begitu jangan menggunakan sihir istimewa untuk melawan rakyat jelata sepertiku.”
“Kau pintar bicara, ya?”
“Kaulah yang banyak bicara.” Ucap Staz. “Lalu, ruangan macam apa ini? Apa ini tempat untuk debat atau piknik?”
“Bukan!” ucap Liz. “Aku akan memberitahumu suatu rahasia. Kau bisa meninggalkan penjara ini kapanpun kau mau. Tekan saja tombolnya dan menanglah melawan ‘mereka’, itu saja.” Liz menggerakkan tangannya naik, dan dari tanah dibelakangnya, bangkit dua buah(?) zombie. “Sayangnya, tidak ada yang pernah menang melawan mereka… kau akan mengerti bahwa kau hanyalah sampah di dunia iblis ini!”
“Tekan saja…” ucap seseorang dari sel lain. Staz mendekati tombol itu dan menekannya. Tiba-tiba sebuah alarm berbunyi. Seluruh isi penjara itu menertawai Staz. “Gyahaha!!” “Dia menekannya!” “Dia menekannya!!” “Siapa yang berani melakukannya?”
Tiba-tiba terdengar suara peringatan, “Tahanan nomor 1097639 telah menekan tombol ‘tantangan’. Tahanan 1097639, silahkan menuju ke arena…” tiba-tiba dinding belakang sel Staz terbuka.
“Dindingnya bisa terbuka, ya?” gumam Staz. Ia berjalan menyelusuri jalan yang tersedia di balik dinding itu. Tahanan-tahanan dari penjara lain berteriak menyoraki,
“Rasakan itu!” “Meledaklah!”
Staz sampai di sebuah arena tertutup yang berumput, dan dihadapannya sudah berdiri Liz.
“Kenapa kau lama sekali?” tanya Liz.
“Berhentilah bermain Alcatraz dengan kakakmu sendiri…” ucap Staz.
Nb: Alcatraz itu kalau tidak salah merupakan salah satu penjara terbaik di dunia. Info lebih lanjut silahkan searching di mbah google ^^
“Kalau melawan kekuatan sihirku, kau tidak ada apa-apanya, melainkan hanya iblis jelata dari dunia iblis bawah!” ucap Liz. “Itu semua benar, kan?”
Staz hanya tertawa nista, “Kalau begitu jangan menggunakan sihir istimewa untuk melawan rakyat jelata sepertiku.”
“Kau pintar bicara, ya?”
“Kaulah yang banyak bicara.” Ucap Staz. “Lalu, ruangan macam apa ini? Apa ini tempat untuk debat atau piknik?”
“Bukan!” ucap Liz. “Aku akan memberitahumu suatu rahasia. Kau bisa meninggalkan penjara ini kapanpun kau mau. Tekan saja tombolnya dan menanglah melawan ‘mereka’, itu saja.” Liz menggerakkan tangannya naik, dan dari tanah dibelakangnya, bangkit dua buah(?) zombie. “Sayangnya, tidak ada yang pernah menang melawan mereka… kau akan mengerti bahwa kau hanyalah sampah di dunia iblis ini!”
Bersambung ke: Blood Lad episode 5
===========================================
===========================================
Dukung blog ini dengan cara
like halaman facebook kami:
-Dhwati Esti Widhayang
-Pecinta Anime-Manga Gakure Etc (P.A.G.E)
Sankyuu~-Dhwati Esti Widhayang
-Pecinta Anime-Manga Gakure Etc (P.A.G.E)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar